Farhansyaddad weblog

Untuk Hari Esok Yang Lebih Baik

Saatnya Mengencangkan Ikat Pinggang

Posted by abifasya pada 22 Agustus 2011


itikaf (doc.pribadi)

Diantara kita semua tidak ada yang pernah tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini, apakah hari ini atau besok ?, harapan di awal ramadlan bahkan sejak menapaki bulan Rajab kita semua minta : “Ya Allah Berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke Bulan Ramadlan”. Hal itu kita lakukan karena kita ingin kembali merasakan nikmatnya ramadlan. untuk mengejar ketaqwaan yang menjadi target diperintahkannya shaum ramadlan banyak diantara kita yang melakukan perbuatan-perbuatan terpuji mulai dari muhasabah jelang ramadlan, menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan pahala puasa diantaranya dengan berusaha sekuat tenaga shaumkan lisan, memburu malam-malam ganjil, bercum bu dengan Allah menjemput lailatul qadar, dan akhirnya kitapun menjadi pemenang dan dapat meninggalakan kemungkaran-kemungkaran dalam merayakan hari raya sehingga tampaklah pada diri kita perilaku yang mencerminkan tanda-tanda kalau ibadah ramadhan kita diterima Allah swt.

Tapi …?, bagaimana andaikan ramadhan ini adalah ramadhan terakhir kita ?, sudahkah kita memanfaatkannya dengan baik ?, sudahkah kita isi ramadlan ini dengan kegiatan ibadah ?, atau hanya tidur, karena kita masih beranggapan kalau hanya tidur yang bernilai ibadah di bulan Ramadlan ini sementara kegiatan positif lainnya tidak termasuk ibadah ?, padahal jika tidur saja termasuk ibadah apalagi kalau ibadah nilainya tentu lebih tinggi lagi. Menjelang berakhirnya bulan Ramadlan yang kedatangan selalu kita harapkan dan kepergiannya selalu kita rindukan mari kita tingkatkan ibadah kita, tidak ada salahnya kalau mulai malam ini (malam ke 23) jika kita tidak sempat sejak malam 21 mari kita beri’tikap di Mesjid yang ada disekitar kita, karena di dalam i’tikaf itu terkandung berbagai macam kebajikan, diantaranya :

  1. Re-charge keimanan kita sehingga menjadi full, selama 11 bulan 20 hari kita disibukan dengan berbagai macam aktifitas termasuk di dalamnya aktifitas dakwah, kita sering mere-charge orang lain dengan dakwah yang kita sampaikan sementara kita tidak pernah dicharge ulang sehingga lama kelamaan iman kita menjadi lemah. Maka melalui momentum 10 akhir ramadlan ini kita men-charge ulang keimanan kita hingga full melalui i’tikaf di mesjid.
  2. Kesempatan mendapat lailatul qadar lebih dekat. Mengapa demikian ?, karena pemilik kemuliaan itu adalah Allah, tentunya kita akan lebih dekat mendapatkan lailatul qadar jika dilakukan di rumah Allah yaitu mesjid.
  3. Hati akan selalu terikat dengan mesjid. Selama 10 hari kita berlatih untuk selalu berada di dalam mesjid karena kita sedang melakukan i’tikaf, maka dengan izin Allah kalau kita sudah membiasakan diri berada di mesjid hati kita akan selalu mengingat mesjid dan selalu merasa tenang bila berada dimesjid dan jika hati kita telah terikat dengan mesjid, kita akan menjadi salah seorang dari 7 orang yang akan diberikan perlindungan oleh Allah pada hari kiamat nanti.

Kalau kita tidak pernah berusaha sekuat tenaga untuk melakukan i’tikaf, maka i’tikaf itu akan amat sulit untuk dilaksanakan, dan diantara penghalang atau penggoda kelancaran pelaksanaan itikaf diantaranya adalah :

  1. Kecintaan pada dunia, sulit sekali bagi sebagian besar diantara kita untuk meninggalkan pekerjaan karena takut dipecat atasan kita. Bahkan untuk mengambil cuti demi kelancaran itikaf enggan kita lakukan karena mungkin mengambil cuti untuk i’tikaf belum populer untuk dilaksanakan, tetapi kalau mengambil cuti untuk berlibur walaupun dilakukan lebih dari dua pekan tidak sedikitpun kita merasa takut. Padahal kalau kita yakin dengan apa yang kita lakukan sesuai dengan janji Allah dan Rasulnya kita akan mendapatkan kemuliaan jika kita mau menghidupkan malam lailatul qadar.
  2. Istri dan anak, dirasakan atau tidak seringkali kita sulit menolak keinginan anak dan istri kita untuk menemani mereka ke mall dalam rangka persiapan lebaran sehingga seharusnya waktu-waktu itu dipergunakan untuk i’tikaf tidak bisa kita lakukan karena harus mengantar istri pergi berbelanja ke BAITUL MALL, mulai dari mall yang sedikit sekali pengunjungnya karena harganya sangat mahal dan tidak terjangkau oleh semua orang sampai ke mall sejuta umat yang harganya murah meriah dan menawarkan berbagai macam hadiah dan potongan harga hingga puluhan pesen.
  3. Akal-akalan, yang ketiga ini sebenarnya sulit sekali buat saya untuk membahasakannya tapi mungkin itu lebih tepat dibanding dengan menggunakan kata yang lain, untuk lebih jelasnya mungkin dengan contoh ringan berikut ini. Ketika kita dihadapkan pada pilihan hukum antara wajib dan sunnah tentunya kita akan memilih wajib, seperti Jika kita dihadapkan pada pilihan untuk memilih antara i’tikaf dan berdakwah ditempat lain mungkin kita akan memilih dakwah karena dakwah hukumnya wajib sementara i’tikaf hukumnya sunnah, padahal bila kita cermati berdakwah adalah kewajiban yang waktunya muwasa’ (sangat luas) bisa dilakukan kapan saja, sementara i’tikaf di bulan ramadlan hanya bisa dilakukan pada bulan ramadlan saja, dan kita belum tentu bisa sampai ke ramadlan tahun depan. Alasan mendahulukan yang wajib atas yang sunnah dalam kasus contoh tersebut adalah akal-akalan saja sebab jika kita tidak berdakwah selama 10 hari untuk kepentingan i’tikaf agar keimanan kita semakin bertambah tidaklah akan berdosa bukankah Rasulullah pun melakukannya ?, beliau mengencangkan ikat pinggang selama 10 hari terakhir dibulan Ramadlan di dalam mesjid. Dan perbuatan ini diteruskan oleh para istri beliau setelah beliau wafat.

Agar ketaqwaan benar-benar bisa kita raih mari kita hidupkan 10 malam terakhir ramadlan ini dengan berbagai macam amal ibadah, karena menurut Thabrani barang siapa yang menghidupkan malam-malam terakhir di bulan ramadlan dia akan mendapatkan lailatul qadar walaupun dia tidak melihat tanda-tandanya, sebaliknya tidaklah akan mendapatkan lailatul qadr orang yang tidak menghidupkan malam terakhir ramadlan walaupun dia melihat tanda-tandanya.

Demikian semoga bermanfaat,

Salam hangat slalu *abifasaya*

5 Tanggapan to “Saatnya Mengencangkan Ikat Pinggang”

  1. bostomat si rajakalla said

    Artikel penuh pencerahan kang, semoga kita semua bisa mendapatkan kemuliaan lailatul qadar

    Suka

  2. asepsurasep said

    tiga hal yg menjadi penghalang lailatul qaadar buat saya yg paling berat adalah no 2, gak kuat menolak permintaan mereka, apalagi kalau mereka minta diantar ke baitul mall 😆

    Suka

    • cangkring said

      ups..sama kang, tapi yang ketiga juga ga kalah serunya …. banyak para ustadz nganjurin itikaf eeh dianya jua ga ada di mesjid ….hehehehe

      Suka

  3. cangkring said

    kalau melihat kenyataan yg ada nampaknya banyak sekali kaum muslimin yang gagal meraih taqwa, astaghfirullahaladziim

    Suka

  4. MASWARDI said

    Jangan tangisi kesalahan tapi tersenyumlah karena setiap kesalahan mengajarkanmu agar berupaya lebih baik lagi

    Suka

Tinggalkan komentar