“Mendidik Dengan Hati”, kata-kata itu sungguh amat susah untuk dilaksanakan walaupun sebenarnya sangat mudah untuk diucapkan. Dan saya yakin semua orang yang menjadi guru punya keinginan untuk mengajar/mendidik muridnya dengan hati, tapi keinginan itu bagi sebagian guru hanya sebuah harapan yang sulit sekali untuk diwujudkan bahkan mungkin saja bagi sebagian guru bukan hanya sulit tapi mustahil urantuk mewujudkan kenginan “mendidik dengan hati” kepada para muridnya.
Kenapa demikian ?, bagaimana bisa kita dikatakan telah berhasil mendidik dengan hati kepada murid-murid kita, kalau gelaran guru profesional yang kita sandang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Misalkan saat pertama kali keprofesionalan guru itu ditentukan dengan kelengkapa portofolio yang sepuluh instrumen itu, banyak diantara bapak/ibu guru itu menjadi pemburu sertifikat yang kegiatannya tidak pernah dilaksanakan. Atau saat sekarang sudah menjadi guru profesional kehadiran kita di sekolah tidak memenuhi kewajiban 37,5 jam, bahkan mungkin kelengkapan administrasi yang seharusnya kita buat (miliki) seperti silabus, RPP, dan lain-lain tidak pernah kita buat. Sementara kita juga rela (tega) meninggalkan anak didik kita untuk berdemo karena uang sertifikasi kita tidak cair. Baca entri selengkapnya »