Farhansyaddad weblog

Untuk Hari Esok Yang Lebih Baik

Masih Adakah salah dan benar itu ?

Posted by abifasya pada 29 Juni 2009


Ketika kesalahan telah dilakukan oleh semua orang, maka kesalahan itu tidak akan dianggap salah. Justru sebaliknya jika ada orang yang berbuat benar pada komunitas orang-orang yang telah terbiasa berbuat salah maka dia akan dikatakan salah karena dia berbuat sesuatu yang tidak populer, yang tidak sesuai dengan kebiasaan kebanyakan orang.

Salah tidak akan dikatakan salah jika semua orang telah melakukan kesalahan itu, dan kebenaran akan terasa asing jika hanya dilakukan segelintir orang saja.

Kita mau memilih yang mana ?

Ikut-ikutan berbuat salah karena banyak penganutnya, atau akan tetap berada di jalan yang benar walaupun harus diasingkan orang lain, dicaci maki, dibenci, bahkan mungkin diusir dari rumah kita sendiri.

Jika kita mengikuti kesalahan karena pengikutnya banyak, maka resiko yang akan kita dapatkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi penderitaan yang abadi (sampai di neraka). Tapi bila kita tetap berada di jalan yang benar … kalaupun harus menderita paling lama hanya ketika kita ada di dunia, di akhirat kelak Insya Allah kita akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Jadi Kalau demikian masih adaka salah dan benar itu ?

Dimana ?

15 Tanggapan to “Masih Adakah salah dan benar itu ?”

  1. KangBoed said

    Pertamaaaaxxxxxxxzzz.. hehehe.. salah dan benar adalah dualitas.. tetapi RASA HATI merasakan apa yang dibalik salah dan benar..
    Salam Sayang

    Suka

  2. abifasya said

    ah… akng boedemah pertamaxxx wae euy.

    Suka

  3. Tanyakan kepada hati nurani tentang suatu hal, jika hati nurani kita menentangnya berarti itu adalah sebuah keburukan dan jika hati nurani kita cenderung mengatakan bahwa sesuatu ini adalah kebaikan maka ikutilah.

    Soal mengikuti keburukan/kesalahan yang berjamaah, saya rasa tinggal bagaimana kita pintar-pintarnya menempatkan diri saja. Tidak perlu secara frontal menentang arus, cukup mulai dari diri kita sendiri seandainya kita belum mampu untuk mengajak orang lain kepada versi kebenaran kita itu.

    Suka

  4. abifasya said

    @kang Jafar
    Duh kang …. eman sulit sih kalo gak mau berusaha, tapi kalo ada usaha pasti ada jalan.

    Suka

  5. mamas86 said

    Susah juga ya kalau begitu,…. kadang saat kita berbuat salah dikira benar, eh pas kita berbuat benar malah dianggap salah… 😀

    Suka

  6. abifasya said

    @) mamas
    Ups.. ga juga mas kan ada filternya … (IMAN)

    Suka

  7. KangBoed said

    SSSTTTT.. SAYA PERHATIKAN FOTONYA KANG JAFAR DAN KANG ABYFASHA MIRIP SEKALI.. MASIH SAUDARA YAAAAAAAAA.. HEHEHEHE.. MAAF..
    SALAM SAYANG

    Suka

  8. abifasya said

    @Kangboed
    Sumuhun kang rai raka beda bapak lain ibu….hehehehe

    Suka

  9. KangBoed said

    tapi di sidik sidik mah mirip nya kang jiga rai raka hehehe.. kabuuuurrrrrrrr
    Salam Sayang akang nu Kasep

    Suka

  10. masyaAllah, sebenarnya salah atau benar
    yang tahu hanya hati nurani kita sendiri.
    sabda Rasulullah; kalau kita tdk dapat melakukan perubahan dengan tangan kita, paling tidak berdoa .(kira2 kurang lebih begitu).
    dan yg dapat kita lakukan, mendoakan mereka yg sudah tdk bisa membedakan salah dan banar.
    kita mohon petunjukNYA, agar tetap punya hati nurani yg bisa membimbing, amin.
    salam.

    Suka

  11. abifasya said

    Betul bunda…., hati nurani kita tahu salah dan benarnya kita… tapi terkadang keegoan, keserakahan, dan kesewenang-wenangan membohongi nurani kita.

    Suka

  12. KangBoed said

    Andai kita hidup dipimpin oleh HATI NURANI.. mengajak HATI sebagai teman berbicara.. menentukan langkah di sini.. tentulah baru NIAT saja kita sudah memohon ampun.. tentulah diri TENANG dalam Kedamaian
    Salam Sayang

    Suka

  13. abifasya said

    @Kang Boed
    Apalagi kalo hanura itu di dampingi wahyu, Insya Allah slamat dunia akhirat

    Suka

  14. NASIRIN said

    Use your time wisely and do not waste even for a minute

    Suka

  15. Banyak orang yang mengalami gejala BAB mengeluarkan darah tapi tidak mau membicarakannya dengan orang lain karena merasa risih malu atau sungkan karena menganggap gejala yang mereka alami kurang etis untuk dibicarakan padahal dengan bertanya pada orang lain kemungkinan akan mendapat masukan atau jadi tahu kenapa hal tersebut bisa terjadi.

    Suka

Tinggalkan komentar