Memburu Malam Ganjil
Posted by abifasya pada 31 Agustus 2010
Semalam telah kita lalui malam ke 21 Ramadlan, artinya tadi malam telah dimulai fase Ramadlan yang ke 3 yaitu fase itqun minannar yang artinya lebih kurang fase pembebasan dari api neraka, setelah sebelumnya kita telah melalui fase rahmat dan maghfirah. Tinggal kita bermuhasabah saja apakah dua fase yang telah kita lalui kita termasuk yang mendapatkan rahmat dan ampunan itu atau hanya berlalu begitu saja, beruntunglah bagi kita jika mendapatkan rahmat dan ampunan itu dan semoga pada fase ke tiga pun kita bisa benar2 terbebas dari api neraka sehingga kita benar-benar bisa keluar menjadi pemenang.
Di tempat kelahiran saya di Garut ada tradisi memburu malam ganjil, dan pada malam-malam ganjil ini biasanya Mesjid kembali menyempit karena jamaah yang pada hari-hari sebelumnya gak terawih maka pada malam-malam ganjil ini mereka giat melaksanakan terawih. Diantara mereka ada yang memang benar-benar ibadah dan ingin meningkatkan kualitas ibadah karena ingin mendapatkan keutamaan lailatul qadar yang diprediksi para ulama akan hadir pada malam-malam ganjil, ada juga yang bermaksud lain. Seperti yang sdilakukan abifasya masa kecil, saat itu abifasya kecil akan semakin rajin datang ke mesjid pada malam-malam ganjil karena ada yang diharapkan. Yaitu makanan-makanan yang enak, karena pada malam-malam ganjil di tempat abifasya para jamaah biasanya membawa makanan, ada yang bawa leupeut berisikan kacang atau buras yang berisikan oncom dan abon, tidak sedikit juga yang membawa buah-buahan dan minuman hangat seperti kopi dan bajigur.
Ada julukan yang lucu yang dilontarkan para orang tua yang diberikan kepada para pemburu malam-malam ganjil karena ingin memperoleh makanan, yang julukan itu sampai saat ini masih belum saya mengerti apa arti dan maksud sebenarnya dari julukan itu. Julukan itu adalah “SUTA MALEM”. Apa coba artinya ?
Apakah di tempat anda banyak yang berburu malam ganjil ?
Apakah di tempat anda ada julukan khusus seperti “SUTA MALEM” diberikan kepada mereka yang membutu malam-malam ganjil ?
Semoga kita mendapatkan keutamaan lailatul qadar dan tidak termasuk “SUTA MALEM”.
Wallahu ‘Alam
nurhayadi said
Kalo di solo ada tradisi dari kraton pada malam ke 21 (selikuran), menggelar tumpeng, tapi ya acaranya akhirnya ya klenik. Tapi akhir-akhir ini sudah banyak acara mabit yang terkoordinir, dan alhamdulillah pesertanya banyak.
SukaSuka
alamendah said
(Maaf) izin mengamankan KEDUAX dulu. Boleh, kan?!
Di daerah saya gak ada istilah macam itu, Pak
SukaSuka
SITI FATIMAH AHMAD said
Assalaamu’alaikum sabahat guru.
Andai langkah berbekas lara . Andai kata merangkai dusta. Andai tingkah menoreh luka . Andai bahasa membedah jiwa. Maaf dipohon seribu ampun. Dari jauh ku kirim salam. Kuhulur tangan memohon kalam . Buatmu sahabat, di hari mulia kita bermaafan. MAAF ZAHIR DAN BATHIN.
Taqabbalallohu minna wa minkkum. Kullu am wa antum bikhairiin.
Salam Ramadhan Yang Barakah dan Salam Aidil Fitri Yang Bahagia.
# Kalau di kampung saya, semakin penghujung Ramadhan, surau dan masjidnya semakin kurang orang kerana memburu acara2 lomba mencatikkan lampu di rumah dan kampung. entah bila lagi aktivitas begini dikurangkan.
SukaSuka
SITI FATIMAH AHMAD said
Mas… mampir lagi untuk memaklumi bahawa link blog ini sudah saya tautkandi ruang Dunia sahabat di blog saya. Sila semak untuk masukan nama yang diperkenankan.
Semoga jalinan persahabatan kembali bertaut baik.
Salam mesra dari Sarawak. 😀
SukaSuka
akitigigir said
Berarti tinggak satu kali kesempatan lagi ya malm 29 untuk memburu malam ganjil bagi para SUTA MALEM 🙂 🙂 😉
SukaSuka
budi yunianto said
terus meningkatkan taqwa dan tawakal kita selalu pada NYA.
SukaSuka
isdiyanto said
di kampung halaman saya dikenal malam SELIKURAN . . . .
SukaSuka